APA sih hubungannya antara amal kebaikan dan kelahiran?
Nampaknya tidak ada hubungannya secara langsung. Tetapi bagi seorang suami yang
sedang menunggu kelahiran anaknya, dua perkara ini bisa mempunyai hubungan yang
erat.
Selama istri hamil, atau malah sebelum istri hamil, suami
perlu melakukan suatu amal kebaikan yang berkualitas. Karena amal itu bisa
dipakai pada saat proses kelahiran agar istri diberi kelahiran yang mudah oleh
Allah.
Istri mudah melahirkan dan anak lahir dengan sehat dan
sempurna. Pengalaman saya saat istri melahirkan anak pertama, sungguh tidak
bisa terlupakan. Saat kelahiran itu saya jauh dari orang tua/mertua dan
saudara. Kami beda kota.
Waktu anak pertama saya mau lahir, saya cemas bukan kepalang.
Karena ketuban pecah dan keluar berwarna keruh kehijauan. Dokter bilang, harus
ada tindakan bila tidak segera ada tanda-tanda mau melahirkan. Sebab si bayi
bisa keracunan di dalam kandungan.
Istri melahirkan di RS Ibu dan Anak (RSIA) Ummu Hani di
Jalan DI Panjaitan, Purbalingga. Saat itu istri ditangani bidan dan perawat.
Oleh mereka, atas petunjuk dokter, istri dipasangi oksigen. Nafas istri
tersengal-sengal. Dia terus menerus mengucapkan lafal Allah.
Saya panik melihat istri seperti itu. Apalagi air ketuban berwarna
keruh terus saja keluar. Saya tinggalkan
istri. Saya masuk kamar. Saya sholat sunnah 2 rokaat. Setelah itu saya berdoa
menangis minta keselamatan istri dan calon anak saya.
Bagaimana saya tidak panik. Saya menunggu kehamilan anak
pertama itu sudah hampir 7 tahun. Saya tidak bisa membayangkan bila harus
kehilangan anak itu atau kehilangan istri tercinta.
Ketika berdoa dan menangis itu, saya teringat kisah teladan
ttg 3 orang yang terperangkap gua.
Setiap orang berdoa kepada Allah dengan menceritakan amal kebaikannya yang
paling utama dan berharap Allah membukakan goa yang tertutup batu besar.
Ketika itu saya mencoba mengingat-ingat amal apa yang paling
utama yang pernah saya lakukan. Saya teringat, selama saya SMA, kuliah, bahkan
setelah kerja, saya meluangkan waktu mengajar anak2 mengaji, baik di rumah
maupun di masjid.
Amal itulah yang saya sampaikan kepada Allah. “Ya Allah,
hamba melakukan semua amal itu semata-mata mengharap rida-Mu. Bila Engkau rida
dengan apa yang sudah hamba lakukan selama itu ya Allah, selamatkan istri dan
anak hamba. Berilah kemudahan dalam proses kelahirannya…” doaku saat itu.
Setelah doa dirasa cukup, saya segera berlari lagi
mendampingi istri yang masih mengerang-erang di ruang bersalin. Ternyata proses
persalinan kurang berjalan lancar. Sebab anak saya terlilit usus (berkalung
usus ibunya).
Saya melihat keadaan anak saya karena saya memegangi pundak
istri dari belakang, membantu mengangkat punggungnya ketika disuruh bidan. Saat
diangkat keluar, rupanya anak saya terlilit 1 lilitan di leher dan 2 lilitan
usus di bagian kaki.
Dan saat dilepaskan dari lilitan usus, anak saya tidak
menangis. Nampaknya ada air ketuban yang masuk mulutnya. Dia segera diletakkan
di bed sebelah istri dan segera dikerubuti bidan dan perawat yang lain. Tak
berapa lama, terdengar tangis anakku meski tidak terlalu keras.
Saya langsung sujud syukur di situ. Kupeluk istriku yang
masih bermandikan peluh. Kami menangis bahagia. Alhamdulillah… terima kasih ya
Allah atas karunia-Mu yang besar ini.
………………….
Nah, dari pengalaman tadi, baik suami atau istri, perlu sedari
awal, sedari sekarang, ayo lakukan amal utama. Amal ini bisa menjadi
wasilah/penolong kita di saat genting, di saat ada pertaruhan nyawa, pertaruhan
hidup dan mati.(***)