Apa hubungannya antara keinginan Anda untuk hamil
dan hujan? Apakah Anda perlu berhujan-hujan kalau ingin hamil? Atau
memperbanyak hubungan suami-istri saat hujan? Atau malah menghindari hubungan
saat hujan karena setelah itu malah masuk angin karena harus mandi junub dengan
air dingin.
Bukan seperti itu yang saya maksud. Dalam
tulisan ini saya ingin sharing tentang pengalaman pribadi saya saat menunggu
kehadiran buah hati, baik anak pertama maupun anak kedua.
Saat saya masih kuliah di UGM Yogyakarta, saya
ikut dalam satu pengajian. Di situ saya mendapat ilmu bahwa berdoa saat hujan
turun itu akan menjadikan doa kita mustajab atau mudah dikabulkan Allah.
Dalilnya
adalah:
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan,
”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
“Carilah
do’a yang mustajab pada tiga keadaan : Bertemunya dua pasukan, Menjelang shalat dilaksanakan, dan Saat hujan turun.”
Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d,
beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda,
“Dua
do’a yang tidak akan ditolak: do’a ketika adzan dan do’a
ketika ketika turunnya hujan.”
Sebuah
dalil yang lain menyebutkan:
“Hiruplah
aroma hujan, dan berdoalah kepada Allah sesukamu, karena pada saat hujan, doa-doa
tidak tertolak.”
Nah, saat saya ingin mempunyai anak itu, saya
panjatkan doa yang khusyu saat hujan turun dengan lebatnya.
Saya ingat betul, waktu saya pulang kerja naik
sepeda motor, hujan turun dengan lebatnya. Sangat lebat. Sambil naik motor dan
kehujanan itulah, saya panjatkan doa minta agar diberi anak, diberi momongan,
diberi keturunan.
Saya ucapkan doa dengan suara yang bisa saya
dengar. Jadi bukan berdoa dalam hati atau dengan suara lirih. Doa saya ucapkan
seperti saat saya bercakap-cakap dengan orang lain.
Saat mengucapkan doa itu saya merasa seperti sedang
mengucapkannya langsung di depan Allah. Saya tengadahkan wajah saya sambil
memandang langit yang tertutup awan gelap. Terpaan air hujan saya biarkan
membasahi sebagian wajahku yang tidak tertutup kaca helm.
Sambil tetap motor jalan, tentunya tidak ngebut,
saya panjatkan terus doa itu berulang-ulang sampai air mata mengalir. Saya berdoa
sambil menangis sampai terguguk-guguk, seperti seorang rakyat jelata yang
mengemis memohon belas kasihan di depan sang raja.
Dan setelah doa itu terucap semua, dada ini
rasanya lapang. Tidak ada lagi sesuatu yang mengganjal di hati. Sehingga sampai
di rumah, terasa ringan meski basah karena hujan.
Hal ini tidak hanya saya lakukan sekali. Di saat
naik motor, kehujanan, saya panjatkan doa yang sama. Terkadang saya bisa
menangis saat berdoa itu, terkadang juga tidak. Tidak masalah. Yang penting
saya berdoa, berdoa dan berdoa.
Dan alhamdulillah, dengan doa yang saya panjatkan
saat hujan itu, Allah mengabulkannya. Saya diberi amanah 2 anak: anak pertama
perempuan, anak kedua laki-laki.
Tetapi tentunya ikhtiarnya bukan hanya doa saat
hujan. Masih ada ikhtiar yang lain seperti yang sudah saya tulis dalam
tulisan-tulisan saya sebelumnya dalam blog ini. Kalau kemudian Anda bertanya,
waktu hujan deras, saya tidak di atas motor, saya ada di rumah, atau saya pakai
mobil. Bagaimana baiknya?
Kalau kondisinya seperti itu, tetap saja berdoa. Tidak
masalah Anda berdoa sambil berada di dalam mobil. Pandangi langit. Pandangi hujan
yang turun dengan lebatnya itu. Panjatkan doa dengan khusyu.
Demikian pula jika Anda di rumah. Keluarlah ke
teras depan atau belakang rumah. Pandangi langit dan hujan yang sedang turun. Panjatkan
doa. Ulang-ulangilah doa itu sampai Anda bisa merasakan bahwa doa itu tidak
hanya keluar dari mulut namun juga dari hati. Saat itulah tanpa terasa air mata
akan meleleh.(***)
inspiring....terimaksih, doakan juga kami yang sudah 12 tahun ini.....mas Arif...
BalasHapusWassalamu;alaikum