Minggu, 06 Januari 2013

Ingin Hamil? Berdoalah Saat Hujan


Apa hubungannya antara keinginan Anda untuk hamil dan hujan? Apakah Anda perlu berhujan-hujan kalau ingin hamil? Atau memperbanyak hubungan suami-istri saat hujan? Atau malah menghindari hubungan saat hujan karena setelah itu malah masuk angin karena harus mandi junub dengan air dingin.

Bukan seperti itu yang saya maksud. Dalam tulisan ini saya ingin sharing tentang pengalaman pribadi saya saat menunggu kehadiran buah hati, baik anak pertama maupun anak kedua. 

Saat saya masih kuliah di UGM Yogyakarta, saya ikut dalam satu pengajian. Di situ saya mendapat ilmu bahwa berdoa saat hujan turun itu akan menjadikan doa kita mustajab atau mudah dikabulkan Allah.
Dalilnya adalah:

Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
 Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : Bertemunya dua pasukan,  Menjelang shalat dilaksanakan, dan Saat hujan turun.”

Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
 Dua do’a yang tidak akan ditolak: do’a ketika adzan dan  do’a ketika ketika turunnya hujan.

Sebuah dalil yang lain menyebutkan:
“Hiruplah aroma hujan, dan berdoalah kepada Allah sesukamu, karena pada saat hujan, doa-doa tidak tertolak.”

Nah, saat saya ingin mempunyai anak itu, saya panjatkan doa yang khusyu saat hujan turun dengan lebatnya.

Saya ingat betul, waktu saya pulang kerja naik sepeda motor, hujan turun dengan lebatnya. Sangat lebat. Sambil naik motor dan kehujanan itulah, saya panjatkan doa minta agar diberi anak, diberi momongan, diberi keturunan. 

Saya ucapkan doa dengan suara yang bisa saya dengar. Jadi bukan berdoa dalam hati atau dengan suara lirih. Doa saya ucapkan seperti saat saya bercakap-cakap dengan orang lain.

Saat mengucapkan doa itu saya merasa seperti sedang mengucapkannya langsung di depan Allah. Saya tengadahkan wajah saya sambil memandang langit yang tertutup awan gelap. Terpaan air hujan saya biarkan membasahi sebagian wajahku yang tidak tertutup kaca helm.

Sambil tetap motor jalan, tentunya tidak ngebut, saya panjatkan terus doa itu berulang-ulang sampai air mata mengalir. Saya berdoa sambil menangis sampai terguguk-guguk, seperti seorang rakyat jelata yang mengemis memohon belas kasihan di depan sang raja.

Dan setelah doa itu terucap semua, dada ini rasanya lapang. Tidak ada lagi sesuatu yang mengganjal di hati. Sehingga sampai di rumah, terasa ringan meski basah karena hujan. 

Hal ini tidak hanya saya lakukan sekali. Di saat naik motor, kehujanan, saya panjatkan doa yang sama. Terkadang saya bisa menangis saat berdoa itu, terkadang juga tidak. Tidak masalah. Yang penting saya berdoa, berdoa dan berdoa.

Dan alhamdulillah, dengan doa yang saya panjatkan saat hujan itu, Allah mengabulkannya. Saya diberi amanah 2 anak: anak pertama perempuan, anak kedua laki-laki.

Tetapi tentunya ikhtiarnya bukan hanya doa saat hujan. Masih ada ikhtiar yang lain seperti yang sudah saya tulis dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya dalam blog ini. Kalau kemudian Anda bertanya, waktu hujan deras, saya tidak di atas motor, saya ada di rumah, atau saya pakai mobil. Bagaimana baiknya?

Kalau kondisinya seperti itu, tetap saja berdoa. Tidak masalah Anda berdoa sambil berada di dalam mobil. Pandangi langit. Pandangi hujan yang turun dengan lebatnya itu. Panjatkan doa dengan khusyu.

Demikian pula jika Anda di rumah. Keluarlah ke teras depan atau belakang rumah. Pandangi langit dan hujan yang sedang turun. Panjatkan doa. Ulang-ulangilah doa itu sampai Anda bisa merasakan bahwa doa itu tidak hanya keluar dari mulut namun juga dari hati. Saat itulah tanpa terasa air mata akan meleleh.(***)